Ditulis Oleh: Tsana Ulfah Ullaya, S. Psi
Kita sebagai manusia tidak dapat selalu mengendalikan lingkungan menjadi seperti
apa yang kita inginkan. Namun yang bisa terus kita kendalikan adalah diri kita sendiri,
terutama pikiran. Pikiran dapat mempengaruhi bagaimana kita merasa dan berperilaku dalam
menghadapi lingkungan. Ketika muncul situasi tertentu, setiap individu dapat menunjukkan
respon yang berbeda-beda, tergantung dari bagaimana mereka mengarahkan pikiran mereka
sendiri.
Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami kejadian di mana kita terlalu
memikirkan banyak hal atau yang sering disebut sebagai overthinking. Seringkali saat kita
terlalu memikirkan banyak hal, pikiran yang muncul adalah pikiran-pikiran negatif yang
dapat membuat kita merasa takut, khawatir, sedih, atau cemas, dan bila terus dibiarkan dapat
merusak diri sendiri. Menurut Paul Coleman (2015), overthinking merupakan suatu masalah, karena dapat
mengganggu pengambilan keputusan yang masuk akal. Sebagai contoh, saat kita bekerja,
wajar jika kita memikirkan banyak hal yang berkaitan dengan proses penyelesaian tugas, dari
mulai input, proses sampai output, dan itu tidak berlebihan. Namun menjadi berlebihan jika
kita terus menerus meninjau apa yang telah dilakukan meskipun telah diyakinkan bahwa
semua baik-baik saja. Mencurigai kompetensi diri sendiri atau orang lain, selalu mencari
kesalahan orang lain, sehingga menghambat progres kerja, maka itu overthinking.
Overthinking adalah pemikiran yang tidak produktif dan lebih banyak mendatangkan
kerugian pada diri kita, di antaranya:
1) Menghabiskan waktu dengan percuma dan membuat kita kehilangan peluang
untuk dapat lebih mengembangkan diri.
2) Menghambat progres pekerjaan karena terlalu banyak berpikir namun tidak
diiringi dengan tindakan atau tidak diambil pada waktu yang tepat.
3) Overthinking mengganggu orang-orang di sekitar. Bahkan, orang lain dapat
menilai kita terlalu santai, atau terlalu perfectionist dan dapat membuat kita stres.
4) Menciptakan kelelahan mental karena terlalu terobsesi dan analisis, sehingga
keputusan yang dibuat kemudian dipikirkan dengan buruk.
Individu yang terlalu banyak berpikir tentang hal-hal yang tidak dapat mereka
lakukan akan menjadi lelah secara mental dan tidak dapat membuat pilihan yang masuk akal
tentang hal-hal lain yang bisa mereka lakukan karena terlalu banyak berpikir dan fokus pada
pikiran negatif. Pikiran yang berlebihan atau overthinking ini terbagi menjadi tiga level. Level
pertama adalah level ringan, yang terkadang dialami oleh orang normal, terutama ketika
mengalami situasi penuh tekanan. Tetapi tidak sampai mengakibatkan masalah yang berat.
Level kedua adalah level sedang, di mana individu memiliki pemikiran berlebihan yang
masih realistis, namun mereka tidak dapat menstabilkan emosinya. Mereka sering merasa
stres tentang kehidupan lebih dari yang seharusnya, hingga dapat membuat mereka
mengalami insomnia, atau mengganggu kesehatan tubuh. Terakhir di level ketiga atau level
berat adalah individu yang sudah tidak dapat melihat lingkungan secara realistis. Biasanya
mereka memiliki gangguan kecemasan yang parah dan/atau adanya kecenderungan psikotik.
Pikiran yang berlebihan atau overthinking harus segera kita diatasi. Jika dibiarkan
maka akan merusak diri kita dan menghambat tujuan hidup kita ke depan.
Adapun Coleman (2015) memaparkan cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi pemikiran yang berlebihan atau overthinking ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Sadar dan mengakui bahwa kita adalah overthinker, dan overthinking ini adalah
sesuatu yang ingin kita atasi. Sesungguhnya jika kita terobsesi untuk melakukan
sesuatu secara terorganisir atau perfectionist tanpa melakukan kesalahan sedikit pun,
kita akan stres. - Berlatih untuk dapat melakukan penerimaan emosional dengan mengulang pernyataan
bahwa, “Saya menerima akan adanya ketidakpastian. Saya menerima adanya hal-hal
yang belum tahu pasti apa yang akan terjadi.”, serta ulangi, “Saya mungkin tidak
menyukai situasi ini (atau situasi masa depan) tetapi saya menerimanya”. Kita bahkan
tidak harus percaya sepenuh hati tentang apa yang kita katakan, tapi kita bisa mulai
dengan mencoba mengulangi frasa. - Adanya kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri. Bukan berarti kita percaya
bahwa semua akan berjalan persis seperti apa yang kita inginkan, karena itu bukan lah
kepercayaan, tapi lebih kepada keinginan untuk mengendalikan masa depan.
Kepercayaan dan keyakinan terbaik yang patut dimiliki adalah, “Saya percaya dan
yakin bahwa, bagaimanapun, keadaan dapat berjalan dengan baik. Saya akan
menanganinya, dan saya memiliki kepercayaan dan keyakinan itu bahkan jika saya
tidak dapat memastikan apa manfaatnya pada saat itu.” - Ambil Tindakan. Jika memang ada beberapa tindakan yang secara realistis dapat
segera kita ambil, dan dapat membantu meringankan kekhawatiran kita, maka
lakukanlah. Jika tidak, kita dapat melakukan latihan fisik selama minimal lima menit.
Ntah itu push up, sit up, dan lainnya yang dapat mengganggu obrolan pikiran negatif
di dalam kepala kita dan singkirkan energi berlebih yang kita hasilkan karena terlalu
banyak berpikir. - Mengatur waktu overthinking. Individu yang dapat mengatasi overthinking dengan
baik kadang-kadang tetap merasa khawatir. Tetapi mereka tidak dikendalikan oleh
kekhawatiran. Bila kita mengalami overthinking, kita dapat mulai mencoba
mengendalikannya dengan cara mengatur waktunya, misalnya selama 30 menit.
Setelah waktu habis, ingatkan diri sendiri bahwa kita mungkin akan kembali
overthinking di jadwal berikutnya. Di sini kita perlahan belajar untuk mulai
mengendalikan pikiran, daripada pikiran yang mengendalikan kita. Tidak mudah
untuk benar-benar dapat menghentikan overthinking. Tapi kita bisa mulai dengan
mengatur intensitasnya.